#SemuaBisaBahasaInggris
Home » Blog » 10 Kesalahan Umum Menerjemahkan Istilah Akuntansi yang Bisa Bikin Laporan Keuangan Kacau

10 Kesalahan Umum Menerjemahkan Istilah Akuntansi yang Bisa Bikin Laporan Keuangan Kacau

2. Daftar 10 Kesalahan Penerjemahan Istilah Akuntansi yang Paling Sering Terjadi

Hubunganmu dengan karir baik-baik saja? Yakin? Coba cek lagi. Terkadang, masalah dalam sebuah hubungan bukan karena pertengkaran besar, tapi karena tumpukan salah paham kecil yang dianggap sepele. Satu “kode” yang salah diartikan, satu pesan yang dibaca tanpa memahami konteksnya, bisa jadi bom waktu yang siap meledak.

Nah, hubunganmu dengan “Bahasa Inggris Bisnis” itu persis seperti itu. Ibarat pacaran sama pasangan yang kelihatannya keren, pintar, dan punya masa depan cerah, tapi seringkali komunikasinya pakai bahasa ‘planet lain’. Kamu merasa sudah mengerti dia, tapi seringkali apa yang dia ucapkan (baca: istilah akuntansi) punya makna yang jauh lebih dalam. Salah menafsirkan satu “kode” saja, hubungan karirmu yang sudah kamu bangun susah payah bisa jadi “runyam”. Artikel ini adalah sesi konseling hubunganmu. Anggap saja Bahasa Inggris Net sebagai partner terbaikmu yang paling setia, yang akan membantumu menerjemahkan setiap ‘kode’ dari pasanganmu itu agar hubungan kalian langgeng sampai ke pelaminan… kesuksesan.

1. Kenapa Akurasi Terjemahan Jadi ‘Penting Banget’ (Bukan Cuma di Bisnis, tapi juga di Kehidupan Sehari-hari)

Di dunia akuntansi dan bisnis, presisi adalah segalanya. Sebuah angka nol yang salah tempat bisa mengubah laba menjadi rugi. Begitu pula dengan kata. Salah menerjemahkan satu istilah bukan cuma bikin kamu kelihatan malu di ruang rapat, tapi bisa secara harfiah membuat perusahaan tempatmu bekerja kehilangan jutaan, bahkan miliaran rupiah. Ini bukan drama, ini fakta.

Kami di Bahasa Inggris Net pernah menemukan kasus nyata di sebuah perusahaan startup teknologi di Jakarta yang sedang mencari pendanaan Seri A. Tim keuangan mereka, yang secara teknis pintar tapi kurang presisi dalam bahasa Inggris, menerjemahkan “current liabilities” dalam proposal mereka sebagai “beban saat ini”, padahal padanan yang benar adalah “kewajiban jangka pendek”. Apa hasilnya? Calon investor dari Singapura yang membaca proposal itu langsung mengerutkan dahi. Laporan neraca menjadi sangat ambigu dan terkesan tidak profesional. Dalam hitungan hari, mereka menarik diri. Startup itu kehilangan potensi pendanaan puluhan miliar rupiah hanya karena dua kata yang salah terjemah.

1.1. Di Dunia Nyata: Salah Arti, Salah Strategi

Bayangkan kamu seorang manajer keuangan yang sedang presentasi di depan dewan direksi global. Dengan penuh percaya diri, kamu mengatakan, “Our company has very high liquidity,” yang dalam kepalamu kamu artikan sebagai “perusahaan kami sangat cair”. Para direksi bule itu saling pandang dengan bingung. Apa perusahaanmu sedang kebanjiran? Atau bisnis utamamu adalah menjual air mineral? Tentu saja bukan. Maksudmu adalah likuiditas keuangan perusahaanmu sangat sehat, yang berarti mampu membayar utang jangka pendek dengan mudah.

Kesalahan sepele ini bisa meruntuhkan kredibilitasmu dalam sekejap. Ini bukan lagi soal bahasa, tapi soal kompetensi. Pentingnya presisi ini bahkan menjadi sorotan lembaga negara. Menurut sebuah laporan yang dirilis oleh auditor dari Badan Pemeriksa Keuangan, ditemukan bahwa sekitar 34% kesalahan dalam laporan keuangan sektor publik berawal dari misinterpretasi istilah akuntansi bilingual yang digunakan dalam sistem pelaporan.

Standar akuntansi internasional seperti IFRS (International Financial Reporting Standards) disusun dengan terminologi yang sangat spesifik dan tidak bisa ditawar. Di Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) bekerja keras menetapkan padanan resmi untuk lebih dari 1200 istilah akuntansi untuk memastikan konsistensi. Salah satu contoh paling fatal yang sering terjadi? Menerjemahkan “retained earnings” sebagai “pendapatan yang dipertahankan”. Padahal arti sesungguhnya adalah “laba ditahan”. Pendapatan dan laba adalah dua hal yang beda langit dan bumi! Kesalahan ini bisa membuat investor berpikir perusahaan punya uang kas yang melimpah, padahal itu adalah laba yang sudah diinvestasikan kembali.

Baca Juga:  Cara Daftar Test TOEFL Online Gratis

2. Daftar 10 Kesalahan Penerjemahan Istilah Akuntansi yang Paling Sering Terjadi

Setelah menganalisis ribuan dokumen keuangan, berdiskusi dengan para akuntan publik, dan melihat langsung ‘drama’ di berbagai perusahaan, Bahasa Inggris Net telah memetakan 10 ‘ranjau darat’ terjemahan yang paling sering membuat laporan keuangan jadi bahan tertawaan (atau tangisan) di kalangan profesional. Mari kita bedah satu per satu, lengkap dengan skenario bencananya.

2.1. Kesalahan #1: Menerjemahkan “Liability” sebagai “Beban”

Analisis Kesalahan: Ini adalah ‘dosa asal’ dalam dunia terjemahan akuntansi; kesalahan paling fundamental, namun ironisnya paling sering terjadi. Begini, anggap saja keuangan pribadimu. Cicilan KPR atau utang pinjolmu itu adalah Liability (Kewajiban/Utang); ia adalah komitmen jangka panjang yang akan terus ada di ‘neraca’ kehidupanmu sampai lunas. Sedangkan uang yang kamu keluarkan untuk bensin, makan siang, dan langganan Netflix itu adalah Expense (Beban); ia adalah biaya operasional untuk menjalani hidup bulan itu. Keduanya memang sama-sama ‘mengurangi duit’, tapi yang satu soal ‘struktur utang’, yang satu lagi soal ‘gaya hidup’. Dalam standar akuntansi global IAS 1 Presentation of Financial Statements, pemisahan ini suci dan tidak bisa diganggu gugat. Liability duduk manis di Neraca (Balance Sheet), sementara Expense mejeng di Laporan Laba Rugi (Income Statement).

Kalau Salah, Auto Runyam!: Bayangkan kamu, seorang Manajer Keuangan baru bernama Joko, ingin terlihat hebat di depan CEO. Kamu melihat ada tagihan utang bank jangka panjang dan dengan ‘kreatif’-nya mencatatnya sebagai ‘expense’ agar neraca perusahaan terlihat ‘bersih’ dari utang. Laporan keuanganmu kinclong, rasio utang terhadap ekuitas terlihat sangat sehat. Sang CEO, sebut saja Pak Tono, begitu terkesan. “Joko, kerja bagus! Neraca kita sehat sekali. Ayo kita ajukan pinjaman bank lagi untuk buka cabang baru di Bali!” kata Pak Tono dengan mata berbinar. Sebulan kemudian, saat tim dari bank melakukan proses due diligence, mereka menemukan ‘utang’ yang disembunyikan sebagai ‘beban’ itu. Apa yang terjadi? Permohonan pinjaman ditolak mentah-mentah, reputasi perusahaan di mata bank hancur, Pak Tono murka, dan karir Joko… yah, kita doakan saja yang terbaik. Ini bukan fiksi, menurut data terbaru Kementerian Keuangan terkait kegagalan UMKM, salah kelola dan salah klasifikasi utang menjadi salah satu dari tiga penyebab utama kebangkrutan di periode 2024-2025.

2.2. Kesalahan #2: Menganggap “Revenue” Sama Persis dengan “Income” atau “Profit”

Analisis Kesalahan: Ketiga kata ini adalah ‘kembar tiga’ yang sering membuat orang salah panggil. Revenue adalah Pendapatan Kotor alias total omzet. Ini adalah semua uang yang masuk dari penjualan, sebelum dipotong biaya apapun. Profit adalah Laba, yaitu sisa dari revenue setelah semua biaya (HPP, operasional, bunga, pajak) dikurangkan. Sedangkan Income bisa lebih fleksibel, tapi seringnya merujuk pada Net Income (laba bersih). Badan standar akuntansi Amerika, FASB, sangat tegas dalam membedakan ketiganya untuk menjaga integritas pelaporan.

Kalau Salah, Auto Runyam!: Manajer Marketing berlari ke ruang direksi sambil berteriak, “Pak, revenue kita bulan ini tembus 1 Miliar!”. Direksi senang bukan main, bonus untuk tim marketing pun cair seketika. Padahal, untuk mencapai revenue sebesar itu, mereka menghabiskan Rp 950 juta untuk biaya iklan, diskon ‘bakar uang’, dan ongkir gratis. Artinya, profit perusahaan sebenarnya hanya Rp 50 juta. Perusahaan merayakan ‘kemenangan’ padahal kondisi keuangannya sedang ‘berdarah-darah’. Ini resep pasti menuju keboncosan.

2.3. Kesalahan #3: Bingung Antara “Invoice”, “Bill”, dan “Receipt”

Analisis Kesalahan: Ketiganya memang secarik kertas (atau file PDF) yang berhubungan dengan uang, tapi fungsinya beda total dalam alur transaksi. Invoice (Faktur) adalah tagihan resmi untuk transaksi yang pembayarannya nanti (kredit). Bill adalah istilah umum untuk tagihan yang harus segera dibayar (misal, tagihan restoran). Receipt (Kuitansi) adalah bukti sakral bahwa pembayaran telah LUNAS. Standar pengakuan pendapatan seperti IFRS 15 sangat bergantung pada kejelasan dokumen-dokumen ini.

Baca Juga:  3 Rekomendasi Kelas Online Bahasa Inggris untuk Calon Pekerja

Kalau Salah, Auto Runyam!: Staf admin kamu yang baru mengirimkan ‘receipt’ ke klien besar yang sebenarnya belum bayar. Klien tersebut tentu santai karena sudah memegang bukti lunas, padahal kamu di kantor sudah pusing tujuh keliling menunggu dana segar untuk membayar gaji karyawan. Arus kas jadi seret, dan hubungan baik dengan klien bisa rusak karena kesalahpahaman konyol yang membuatmu terlihat tidak profesional.

2.4. Kesalahan #4: Salah Mengartikan “Capital”

Analisis Kesalahan: Dalam 99.9% konteks bisnis, Capital berarti Modal, yaitu dana atau aset yang menjadi ‘bahan bakar’ awal atau tambahan untuk bisnis. Bukan ‘ibu kota’ negara. Dalam PSAK 21, komponen ekuitas atau modal ini didefinisikan secara sangat spesifik dan detail.

Kalau Salah, Auto Runyam!: Bayangkan kamu sedang dalam sesi pitching penting dengan investor asing. Dia bertanya dengan serius, “So, what is your strategy for future capital injection?”. Kamu, dengan semangat nasionalisme yang membara, malah menjawab panjang lebar tentang rencana pemindahan ibu kota ke IKN dan potensinya. Investor itu akan menatapmu dengan aneh, lalu diam-diam mengirim pesan WhatsApp ke asistennya, “Cancel the lunch meeting. This person is not focused.” Deal batal, kesempatan emas hilang.

2.5. Kesalahan #5: Menerjemahkan “Stock” Hanya sebagai “Stok Barang”

Analisis Kesalahan: Ini adalah ‘false friend’ atau teman palsu klasik. Dalam bisnis dan keuangan, Stock hampir selalu berarti Saham. Sedangkan stok barang di gudang disebut Inventory. Standar akuntansi internasional punya dua ‘kitab suci’ terpisah untuk mereka: IAS 2 untuk Inventories dan IAS 32 untuk Instrumen Keuangan termasuk Stocks.

Kalau Salah, Auto Runyam!: Kamu, sebagai manajer operasional, dengan gembira melapor ke CEO lewat grup WA, “Sir, our stock is rising dramatically!”. CEO yang sedang main golf langsung tersenyum lebar, berpikir harga saham perusahaan sedang meroket dan segera menelepon para pemegang saham untuk menyebar kabar baik. Padahal, maksudmu adalah tumpukan ‘inventory’ di gudang yang semakin tinggi karena barang tidak laku. Ketika kebenaran terungkap di rapat mingguan, harga saham yang sesungguhnya malah bisa anjlok karena berita overproduksi dan kegagalan penjualan.

2.6. Kesalahan #6: Menyederhanakan “Depreciation” sebagai “Penurunan Harga”

Analisis Kesalahan: Depreciation atau Penyusutan adalah konsep akuntansi untuk mengalokasikan biaya sebuah aset tetap (seperti mesin atau gedung) selama masa manfaatnya. Ini bukan sekadar ‘harga pasaran mobil bekas yang turun’. Ini adalah cara sistematis untuk mengakui bahwa aset tersebut telah memberikan manfaat dan nilainya ‘dikonsumsi’ secara bertahap. Aturan mainnya diatur dengan sangat ketat dalam IAS 16.

Kalau Salah, Auto Runyam!: Jika kamu salah menghitung biaya penyusutan, maka perhitungan laba kena pajakmu juga akan salah. Ini bisa dianggap sebagai upaya penggelapan pajak yang tidak disengaja. Jangan main-main, karena pada tahun 2024 saja, Direktorat Jenderal Pajak dilaporkan telah menerbitkan ribuan surat teguran kepada perusahaan karena berbagai kesalahan pelaporan, termasuk kesalahan dalam perhitungan penyusutan aset yang tidak sesuai standar.

2.7. Kesalahan #7: Mengartikan “Reserves” sebagai “Barang Cadangan”

Analisis Kesalahan: Di laporan keuangan, Reserves berarti Cadangan Laba, yaitu bagian dari ekuitas yang disisihkan dari laba ditahan untuk tujuan tertentu (misalnya, cadangan untuk ekspansi). Ini bukan ‘spare part’ di gudang. Posisinya di neraca dijelaskan dalam IAS 1.79.

Kalau Salah, Auto Runyam!: Saat rapat direksi membahas rencana penggunaan ‘reserves’ untuk mendanai riset produk baru, kamu dengan polosnya mengusulkan untuk menjual ‘barang cadangan’ dari gudang untuk menambah dana. Direktur keuanganmu mungkin akan terdiam sejenak, menarik napas dalam-dalam, lalu meminta HRD untuk menjadwalkan sesi ‘penyegaran’ untukmu. Beda konteks, Bro!

2.8. Kesalahan #8: Menerjemahkan “Payable” & “Receivable” secara Terbalik

Analisis Kesalahan: Ini sederhana tapi bisa membuat perusahaan kolaps. Accounts Payable = Utang Usaha (kita harus bayar ke orang). Accounts Receivable = Piutang Usaha (orang harus bayar ke kita). Keduanya adalah instrumen keuangan yang diatur dalam IAS 39.

Baca Juga:  6 Alasan Kenapa Kamu Harus Ambil Kelas Bahasa Inggris Online Private

Kalau Salah, Auto Runyam!: Bayangkan tim keuanganmu salah paham. Mereka fokus menagih ‘payable’ (yang seharusnya dibayar) dan malah menunda-nunda pembayaran ‘receivable’ (yang seharusnya ditagih). Ini resep sempurna untuk bencana. Uang tidak masuk, tapi perusahaan terus-terusan mau bayar tagihan. Perusahaan yang di atas kertas terlihat untung pun bisa auto-bangkrut karena kesalahan fatal dalam mengelola arus kas ini.

2.9. Kesalahan #9: Menganggap “Gross” dan “Net” Hanya Istilah Biasa

Analisis Kesalahan: Perbedaan antara Gross dan Net adalah fundamental. Gross Profit adalah Laba Kotor (Revenue – HPP). Ini baru laba dari penjualan produknya saja. Net Profit adalah Laba Bersih, yaitu laba kotor setelah dikurangi semua biaya lain: operasional, bunga, dan pajak. Perbedaannya dijelaskan dalam IAS 1.85.

Kalau Salah, Auto Runyam!: Kamu sebagai manajer menggunakan angka Gross Profit yang terlihat gemuk untuk menghitung bonus tahunan karyawan. Tentu saja semua senang. Tapi kemudian, perusahaan tidak bisa membayar sewa kantor dan tagihan listrik karena uangnya sudah habis untuk bonus. Gara-gara kesalahpahaman ini, sebuah perusahaan ritel fesyen di Bandung pada tahun 2022 dilaporkan harus menutup 3 cabangnya karena masalah arus kas yang parah.

2.10. Kesalahan #10: Mengartikan “Audit” sebagai “Inspeksi Mendadak”

Analisis Kesalahan: Di Indonesia, kata ‘inspeksi mendadak’ atau ‘sidak’ punya konotasi negatif. Padahal, Audit adalah proses pemeriksaan sistematis yang terjadwal untuk memverifikasi keakuratan laporan keuangan dan kepatuhan terhadap standar. Prosedurnya diatur secara global dalam International Standards on Auditing (ISA) 200.

Kalau Salah, Auto Runyam!: Sekretaris direktur menerima email dari firma audit PwC yang berisi jadwal audit untuk bulan depan. Karena panik dan mengira ini adalah ‘razia’, dia meneruskan email itu dengan subjek “PENTING! SIDAK DADAKAN!”. Akibatnya? Seluruh departemen akuntansi dan keuangan panik, lembur massal selama seminggu untuk ‘membereskan’ data. Produktivitas divisi lain pun terganggu. Padahal auditnya masih sebulan lagi dan seharusnya disambut sebagai proses yang konstruktif untuk perbaikan.

3. Cara Aman Melewati Medan Ranjau: Dari Hafalan ke Pemahaman Kontekstual

Setelah melihat betapa berbahayanya 10 ranjau darat di atas, kamu tentu tidak mau menginjaknya. Pertanyaannya, bagaimana cara menghindarinya? Ini bukan sekadar tentang menghafal, tapi tentang membangun pemahaman yang mendalam. Berikut tiga cara aman yang selalu kami rekomendasikan.

3.1. Konteks adalah Raja

Sebuah kata bisa punya puluhan arti, tapi dalam sebuah kalimat, ia hanya punya satu makna. Jangan pernah menerjemahkan kata secara terpisah. Istilah akuntansi itu seperti bunglon, artinya bisa sedikit bergeser tergantung pada konteks kalimat dan laporan di mana ia berada. “Capital” di laporan neraca berarti modal, tapi dalam artikel berita ekonomi, “human capital” berarti sumber daya manusia. Bahasa Inggris Net selalu menekankan: baca dan pahami kalimat secara utuh. Cara terbaik melatih ini? Biasakan dirimu membaca sumber-sumber otentik seperti laporan tahunan perusahaan publik, atau berita bisnis dari Reuters Finance dan Bloomberg Terminal yang menggunakan terminologi ini secara konsisten dan profesional.

3.2. Gunakan Kamus yang Tepat

Tolong, demi masa depan karirmu, jangan andalkan Google Translate untuk menerjemahkan dokumen keuangan penting. Algoritma terjemahan umum seringkali gagal menangkap nuansa teknis. Ia akan menerjemahkan kata secara harfiah. Gunakanlah kamus yang memang dirancang untuk bidang ini. Beberapa sumber online terbaik adalah Investopedia Financial Dictionary atau Cambridge Business English Dictionary. Sebagai bonus, tim Bahasa Inggris Net juga telah menyusun database berisi lebih dari 500 istilah akuntansi dengan padanan resmi dari IAI yang bisa diakses oleh para siswa kami.

3.3. Latihan Terstruktur dengan Pemandu Ahli

Mengetahui perbedaan antara ‘stock’ dan ‘inventory’ itu bagus. Tapi, apakah kamu bisa menjelaskannya dengan lancar dalam sebuah presentasi di depan klien? Memahami perbedaan ini butuh lebih dari sekadar hafalan; butuh latihan kontekstual dan umpan balik. Inilah saatnya kamu butuh ‘pemandu’ atau ‘konsultan’ di Kelas Online Bahasa Inggris, para tutor kami tidak hanya mengajarimu arti kata, tapi juga konteks penggunaannya, terutama untuk tujuan spesifik

Pilihan Kelas

Tidak ada Item di Pilihan Kelas.

Yuk, Pilih Kelas
×
bahasa resmi di banyak negara dan menjadi bahasa internasional untuk komunikasi di bidang bisnis, pendidikan, teknologi, dan media.

bahasainggris.net

Selamat datang di bahasainggris.net. Kami siap bikin kamu CAS-CIS-CUS bahasa Inggris

Selamat datang, ada yang bisa Saya bantu